Tony Fernandes Unggah Foto Bersama Luhut, Sebut Menteri Terhebat

20 hours ago 4
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

CEO Capital A Berhad (AirAsia Group), Tony Fernandes mengunggah foto pertemuannya dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Tony memberikan puja-puji kepada Luhut dalam unggahannya itu.

Tony mengatakan, Luhut merupakan salah satu menteri hebat yang pernah bersinggungan dengan dirinya selama di AirAsia. Dia merasa terhormat bisa bekerja sama dengan Luhut.

"@luhut.pandjaitan adalah salah satu menteri pemerintah terhebat yang pernah bekerja sama dengan saya. Merupakan suatu kehormatan bekerja dengannya," kata Tony dalam unggahannya, Kamis (19/9/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto yang diunggah, memperlihatkan Tony dan Luhut berdiri berdampingan dan saling tersenyum. Luhut mengenakan kemeja batik, sedangkan Tony mengenakan setelan jas.

Lebih lanjut dalam unggahannya, Tony menyebut Luhut sebagai orang yang berhati besar dan selalu mengutamakan kepentingan Indonesia. Luhut juga disebut memiliki visi yang konsisten dan dinamis.

"Dikelilingi oleh anak-anak muda Indonesia yang paling cerdas, beliau loyal, penuh perhatian, dan profesional," sebut Luhut.

[Gambas:Instagram]


Rencana Bertemu Luhut

Sebelumnya, Tony sempat mengumumkan dirinya ingin bertemu Luhut untuk menyampaikan beberapa saran untuk menurunkan harga tiket pesawat yang mahal di Indonesia. Salah satu sarannya adalah menurunkan harga avtur.

Harga bahan bakar pesawat atau avtur di Indonesia dibilang Tony jauh lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Menurut Tony, Indonesia harus memiliki pesaing pemasok avtur agar harga bisa lebih kompetitif.

Di Malaysia, contohnya, ada dua atau tiga perusahaan penyedia avtur untuk maskapai. Harganya bisa jadi lebih bersaing karena ada kompetisi.

"Harga bahan bakar di Indonesia jauh lebih tinggi daripada negara-negara ASEAN lainnya, sekitar 28% lebih tinggi," kata Tony kepada wartawan di Fairmont Jakarta, Kamis (5/9/2024) yang lalu.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin yang pertama kali buka suara soal pernyataan Tony. Terkait avtur mahal, Rachmat menerangkan jika Indonesia merupakan negara kepulauan yang jumlah bandaranya cukup banyak. Biaya logistik tambahan otomatis bisa jadi lebih besar di daerah.

"Kalau Tony nanti biar dia yang mempertanggungjawabkan pernyataannya sendiri, tapi kalau dari kita sih memang ada satu hal yang harus kita perhatikan ya. Karena kita tuh negara kepulauan, airport-nya banyak banget," kata dia saat menghadiri Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024, di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Namun, Rachmat mengaku dirinya berharap ada pemain lain sehingga ada kompetisi. Dengan demikian, harga avtur bisa lebih dekat dengan harga pasar. Pernyataan ini sepaham dengan Tony.

Bila ada pemain baru, Rachmat mengingatkan soal keadilan. Jangan sampai semua pemain baru cuma hanya bermain di rute 'gemuk,' sementara Pertamina yang dapat penugasan menyediakan avtur ikut bermain di rute yang sepi.

"Tapi memang harapan kita juga, kita juga pengin biasanya kalau ada beberapa provider, ada kompetisi. Mungkin harganya bakal jadi lebih dekat ke real market dan sebagainya. Nah itu yang saat ini lagi kita coba dorong. Tapi kita juga tentu ingin fair gitu ya. Ibaratnya jangan sampai mereka hanya mau yang rute gemuk gitu kan. Di situ harganya jadi tidak ekonomis, ya sementara yang lain tidak dilayani," papar Rachmat.

Di sisi lain, Luhut juga buka suara soal keluhan Tony. Dia mengaku heran harga avtur di Indonesia disebut lebih mahal dibanding negara lain di Asia Tenggara. Sampai saat ini dia mengakui pemerintah belum mengetahui pemicu tingginya harga bahan bakar untuk pesawat itu.

"Saya sudah telepon Deputi saya untuk mempelajari kenapa kita di sini lebih mahal avturnya. Kan aneh," ujar Luhut dikutip dari detikBali, Rabu (18/9/2024) kemarin.

Purnawirawan TNI itu juga menyinggung soal perbedaan harga avtur di Singapura yang dinilainya justru lebih murah dibandingkan di Indonesia. Hanya saja dia tak merinci perbandingan harga tersebut.

"Pasti ada high cost yang tersembunyi yang harus kita selesaikan," terang Luhut.

Read Entire Article